Minggu, 26 Juni 2011

BAB I

PENDAHULUAN


 

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Output pendidikan belum mampu berjalan seimbang dengan tuntutan zaman, hal ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam memasuki masa depan.

Ujian (Akhir) Nasional UN selama ini diperlakukan semacam upacara ritual tahunan tanpa memberikan pengaruh berarti terhadap upaya dan pengelola serta pelaksanaan pendidikan pada tingkat sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun praktik ujian akhir dapat digunakan untuk memenuhi kualitas pendidikan namun pada umumnya sering bertentangan dengan kenyataan.. Sebagaimana diketahui bahwa realitas pendidikan di Tanah Air sangat beragam, baik itu sarana-prasarana pendidikan, sumber daya guru, dan school leadership. Kualitas pendidikan yang begitu lebar sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan pengelola pendidikan pada tingkat pusat, daerah, dan sekolah semakin menguatkan tuduhan masyarakat selama ini bahwa penggunaan instrumen UN untuk menentukan kelulusan (sertifikasi) dan seleksi berpotensi melanggar keadilan dalam tes.


 


 

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari dan terkadang juga teramat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat tinggi, tetapi juga terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi.

    Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagai mana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan belajar.

Masalah-masalah pendidikan secara terinci yang kerap kali dihadapi peserta didik antara lain ialah pada awal sekolah, mereka kerap menghadapi kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajaran, para guru, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah dan sebagainya. Dalam proses menjalani program disekolah peserta didik tidak jarang menghadapi kesulitan berupa keraguan memilih bidang studi yang sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok. Pada tahun-tahun terakhir mereka dalam suatu sekolah sering kali menghadapi kesulitan-kesulitan berupa konflik dalam pilihan sekolah lanjutan, memilih tempat bimbingan tes yang memadai. ( Abu Ahmadi, 1991: 107-108).


 


 

    Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan.

    Pengamat pendidikan yang juga seorang pendidik, St Kartono, mengungkapkan dengan mengikuti bimbingan belajar berarti siswa maupun orangtua siswa yang mengirimkan anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar cenderung tidak percaya bahwa pembelajaran di sekolah mampu membawa anak mereka bisa lebih berprestasi. Hal itu jelas sangat disayangkan karena beban biaya pendidikan antara lain melalui biaya sumbangan pendidikan yang ditanggung orangtua siswa semakin tinggi, sementara peningkatan mutu yang didengung-dengungkan pihak sekolah tidak dapat dibuktikan hasilnya. Siswa yang ikut bimbingan belajar kebanyakan justru dari sekolah-sekolah yang favorit yang kemampuan akademiknya justru relatif baik. Ini berarti sekolah gagal meningkatkan mutu mereka. Itu adalah simbol ketidak percayaan terhadap sekolah, akhirnya siswa mengikuti bimbingan belajar agar tetap dapat menjaga prestasi mereka melalui materi yang diberikan bimbingan belajar dengan metode-metode baru. Guru dan sekolah harus bisa mengoreksi cara pembelajaran mereka agar bisa menyenangkan dan memberi layanan pendidikan yang baik sehingga hak siswa tidak tertinggal. Sekolah-sekolah favorit banyak berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan dan membebankan hal itu kepada orangtua. Maka mereka harus konsekuen dan bisa memberikan pelayanan pendidikan secara optimal. Karena itulah lembaga bimbingan belajar dengan jeli memanfaatkan peluang dengan memberikan pelayanan pada siswa apa yang tidak bisa diberikan kepada sekolah.

Menurut Yaya Karyana, Direktur Utama Pusat Klinik Pendidikan Indonesia, lembaga pendidikan belajar lebih inovatif dalam soal proses pembelajaran. Ia memberikan contoh pendidikan berbasis teknologi informasi telah lebih dulu dikembangkan bimbingan belajar daripada sekolah formal.

Berbagai cara ditempuh pengelola LBB (Lembaga Bimbingan Belajar) untuk menarik calon siswa. Apalagi mendekati masa kelulusan siswa SD, SMP dan SMA, makin besar saja promosi yang dilakukan. Mulai dari menyebar brosur yang memuat jumlah siswa tahun tertentu yang diterima pada sekolah favorit, memberi jaminan dengan pencapaian skor tertentu pasti bisa di program studi tertentu, hingga memajang foto orang yang diketahui duduk di kepanitiaan SPMB.

Masuk LBB para pelajar biasa menyebut bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren sejak pertengahan tahun 1990-an. Dari zaman sebelum tahun 1990, saat bimbingan belajar Siky Mulyono mulai dikenal karena begitu agresif memperkenalkan lembaganya sebagai tempat bimbingan belajar yang berhasil membawa peserta kursus masuk ke sekolah favorit, promosi yang dilakukan memang luar biasa. Pengelola bisnis kursus pelajaran sekolah tersebut tahu benar masalah yang satu ini. Mulai dari tidak pede (percaya diri)-nya para orang tua terhadap pelajaran disekolah.

Benarkah peran LBB begitu besar dalam mengasah kemampuan anak terutama agar lolos ujian masuk sekolah favorit, bagaimana dengan janji peserta pasti lulus tes jika ia mampu mencapai skor tertentu saat try oud.

Prof Dr Soesmalijah Soewondo berkata, bohong jika mereka sampai memberikan jaminan semacam itu. Prof Toemin secara tegas juga menyatakan tidak setuju dengan iming-iming seperti itu. Saya tidak percaya sistem drill di bimbingan belajar, biarpun setahun penuh akan meningkatkan kemampuan siswa sehingga sukses mengerjakan soal ujian masuk sekolah. Kemampuan memahami persoalan tak akan terasah dengan cara drill, baik itu yang diadakan di sekolah-sekolah tertentu (biasanya unggulan) maupun di LBB.

Perkembangan bisnis LBB tampaknya tak lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang tua merasa tidak puas terhadap kemampuan yang dicapai anaknya dari belajar di sekolah. Namun apakah dengan bimbingan belajar prestasi siswa akan lebih baik? Bimbingan belajar, lanjut Toemin, hanya dibutuhkan oleh mereka yang malas belajar. Pada pokoknya, belajar tak bisa dengan cara instant karena dengan belajar secara instans tak akan bisa memahami ilmunya, karena pemahaman itu terjadi lewat proses pembelajaran secara terus menerus.

Dengan latar belakang bahwa dengan adanya penetapan nilai minimal kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh pemerintah, dengan demikian para orang tua serta siswa merasa perlu menambah jam belajar di luar jam belajar di sekolah formal.

Dari latar belakang diatas, masalah bimbingan belajar terhadap prestasi siswa yang terjadi diluar sekolah, masih perlu diteliti. Dengan demikian penulis ingin meneliti Apakah bimbingan belajar tersebut bisa meningkatkan prestasi siswa disekolah atau tidak. Dengan demikian penulis berminat melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Panca Rijang Kabupaten Sidrap".


 

B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

  1. Adakah Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi siswa di Sekolah?
  2. Seberapa Besar Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa di Sekolah


 

C. TUJUAN PENELITIAN

    Dari rumusan permasalahan yang ada diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:

  • Untuk mengetahui adakah pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa di SMP Negeri 1 Panca Rijang
  • Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Bimbingan Belajar terhadap prestasi siswa di SMP Negeri 1 Panca Rijang.


     

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


 

  1. PENGERTIAN PENGUJIAN HIPOTESIS

    Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proposisi, ata pernyataan yang disajikan sebagai bukti.

    Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis  ialah "pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya".  (Nasution:2000)

    Hipótesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi yang sifatnya masih sementara atau lemah kebenarannya. Hipótesis statistik akan diterima jika hasil pengujian membenarkan pernyataannya dan akan ditolak jika terjadi penyangkalan dari pernyataannya. Dalam pengujian hipótesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah, sehingga menimbulkan resiko. Besar kecilnya resiko dinyatakan dalam bentuk probabilitas.

  2. Pertimbangan dalam Merumuskan Hipotesis

    Dalam merumuskan hipotesis peneliti perlu pertimbangan pertimbangan diantaranya:

            Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel yang akan dikaji. Kedua variabel tersebut adalah variabel bebas dan variabel tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variabel tergantung dua variabel bebas.

            Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.

            Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris. Sebaiknya hipotesis jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-nilai atau sikap.


     

  3. PROSEDUR PENGUJIAN HIPÓTESIS

    Adapun langkah-langkah pengujian hipótesis statistik adalah sebagai berikut :


     


     

    1. Menentukan Formulasi Hipotesis

      Formulasi atau perumusan hipótesis statistik dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu sebagai berikut :

      1. Hipótesis nol atau hipótesis nihil

        Hipótesis nol, disimbolkan H0 adalah hipótesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan diuji.

      2. Hipótesis alternatif atau hipótesis tandingan

        Hipótesis alternatif disimbolkan H1 atau Ha adalah hipótesis yang dirumuskan sebagai lawan atau tandingan dari hipótesis nol. Secara umum, formulasi hipótesis dapat dituliskan :


         

        H0 : q = q0

        H1 : q > q0

        Pengujian ini disebut pengujian sisi kanan

        H0 : q = q0

        H1 : q < q0

        Pengujian ini disebut pengujian sisi kiri

        H0 : q = q0

        H1 : q ¹ q0

        Pengujian ini disebut pengujian dua sisi

    2. Menentukan Taraf Nyata (Significant Level)

      Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan dengan a (alpha) Semakin tinggi taraf nyata yang digunakan, semakin tinggi pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang diuji, padahal hipotesis nol benar. Besarnya nilai a bergantung pada keberanian pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan yang akan ditolerir. Besarnya kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of test) atau daerah penolakan (region of rejection).

    3. Menentukan Kriteria Pengujian

      Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis nol (H0) dengan cara membandingkan nilai a table distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya.

      a. Penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada nilai positif atau negatif dari a tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.

      b. Penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai positif atau negatif dari a tabel. Atau nilai uji statistik berada di dalam nilai kritis.


       


       

    4. Menentukan Nilai Uji Statistik

      Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga parameter data sampel yang diambil secara random dari sebuah populasi.

    5. Menentukan Nilai Kritis

      Menentukan nilai kritis atau daerah kritis pengujian. Nilia kritis ini bergantung kepada asumsi sebaran populasi dan hipotesis yang akan diuji. Misalnya, statistik yang digunakan x2 dan pengujian satu pihak (pihak kanan). Nilai kritis adalah x2(1-α);v. Kalau pengujian dua pihak, nilai kritisnya adalah x2(α/2);v dan x2(1-α/2);v. Uji pihak kiri memiliki nilai kritis x2α;v.

    6. Membuat Kesimpulan

      Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol (H0), sesuai dengan criteria pengujiannya. Pembuatan kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji staistik dengan nilai a tabel atau nial kritis.

  4. KESALAHAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS

    Dalam pengujian hipotesis, kesimpulan yang diperoleh hanya penerimaan atau penolakan terhadap hipotesis yang diajukan, tidak berarti kita telah membuktikan atau tidak membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Hal ini disebabkan kesimpulan tersebut hanya merupakan inferensi didasarkan sampel. Dalam pengujian hipotesis dapat terjadi dua jenis kesalahan, yaitu

    1. Kesalahan Jenis I

      Kesalahan jenis I adalah karena H0 ditolak padahal kenyataannya benar. Artinya, kita menolak hipotesis tersebut (H0) yang seharusnya diterima.

    2. Kesalahan Jenis II

      Kesalahan jenis II adalah kesalahan karena H0 diterima padahal kenyataannya salah. Artinya, kita menerima hipotesis (H0) yang seharusnya ditolak.

D.
JENIS-JENIS PENGUJIAN HIPOTESIS

1. Berdasarkan Jenis Parameternya

a. Pengujian hipotesis tentang rata-rata

b. Pengujian hipotesis tentang proporsi

c. Pengujian hipotesis tentang varians

2. Berdasarkan Jumlah Sampelnya

a. Pengujian sampel besar (n > 30)

b. Pengujian sampel kecil (n £ 30)

3. Berdasarkan Jenis Distribusinya

a. Pengujian hipotesis dengan distribusi

b. Pengujian hipotesis dengan distribusi t (t-student)

c. Pengujian hipotesis dengan distribusi c2 (chi-square)

d. Pengujian hipotesis dengan distrbusi F (F-ratio)

4. Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesisnya

a. Pengujian hipótesis dua pihak (two tail test)

b. Pengujian hipotesis pihak kiri atau sisi kiri

c. Pengujian hipotesis pihak kanan atau sisi kanan.

Dalam penelitian ini digunakanalat uji hipotesis t atau t-student sebagai alat pengujian hipotesis;

  1. Pengertian Uji t

    Uji-t merupakan salah satu jenis uji hipotesis yang sering digunakan dalam penelitian. Uji-t termasuk kedalam jenis statistik parametrik sehingga untuk menggunakannya haruslah memenuhi syarat uji statistik parametrik.

    Sampel kecil yang jumlah sampel kurang dari 30, maka nilai standar deviasi (s) berfluktuasi relatif besar, sehingga nilai uji Z (Z = /s√n) tidak bersifat normal. Oleh karena itu, untuk sebaran distribusi sampel kecil dikembangkan suatu distribusi khusus yang dikenal sebagai distribusi t ataut-Student. Nilai-nilai distribusi t dinyatakan sebagai berikut:

    t =


     

    Di mana:

    t : Nilai distribusi t

    μ : Nilai rata-rata populasi

    : Nilai rata-rata sampel

    s: Standar deviasi sampel

    n : Jumlah sampel

  2. Ciri-ciri distribusi t-student

    Ciri-ciri distribusi t-student yaitu:

    1. Distribusit-student seperti distribusi Z merupakan sebuah distribusikontinu, di mana nilainya dapat menempati semua titik pengamatan.
    2. Distribusit-student seperti distribusi Z berbentuk genta atau lonceng dan simetris dengan nilai rata-rata sama dengan 0.
    3. Distribusit-student bukan merupakan satu kurva seperti kurva Z, tetapi keluarga dari distribusi t. Setiap distribusi t mempunyai rata-rata hitung sama dengan nol, tetapi dengan standar deviasi yang berbeda-beda, sesuai dengan besarnya sampel (n). Ada distribusi t untuk sampel berukuran 2, yang berbeda dengan distribusi untuk sampel sebanyak 15, 25 dan sebagainya. Apabila sampel semakin besar maka distribusi t akan mendekati normal.


       


       

  3. Jenis Jenis Uji t

Uji-t dapat dibagi menjadi 2 yaitu:    

  1. Uji-t 1-sampel
  2. Uji-t 2-sampel.

    Kemudian uji-t 2sampel dibagi lagi berdasarkan kebebasan (independency) sampel yang digunakan, yaitu uji-t 2 sampel bebas (independen) dan uji-t 2 sampel berpasangan (paired).

  1. Uji-t 1-sampel

Uji t 1-sampel merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel.

Uji t sebagai teknik pengujian hipotesis deskriptif memiliki tiga kriteria yaitu uji pihak kanan, kiri dan dua pihak.

  • Uji Pihak Kiri : dikatakan sebagai uji pihak kiri karena t tabel ditempatkan di bagian kiri Kurva
  • Uji Pihak Kanan : Dikatakan sebagai uji pihak kanan karena t tabel ditempatkan di bagian kanan kurva.
  • Uji dua pihak : dikatakan sebagai uji dua pihak karena t tabel dibagi dua dan diletakkan di bagian kanan dan kiri

Uji t 1-arah digunakan apabila peneliti memiliki informasi mengenai arah kecenderungan dari karakteristik populasi yang sedang diamati.

  1. Uji-t 2-sampel.

    Uji t 2-arah digunakan apabila peneliti tidak memiliki informasi mengenai arah kecenderungan dari karakteristik populasi yang sedang diamati.

  • Uji-t 2 sampel independen (bebas)

    Uji-t 2 sampel independen (bebas) adalah metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen, dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Independen maksudnya adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan populasi yang lain. Barangkali, kondisi dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi adalah kondisi yang paling sering dijumpai di kehidupan nyata. Oleh karena itu secara umum, uji-t (baik 1-sampel, 2-sampel, independen maupun paired) adalah metode yang paling sering digunakan.

    Cara mengolah t-test
    independen sampel yaitu :

        Misalnya:

        Hipotesis : Ha: "Ada perbedaan kecerdasan antara pria dan wanita"

Variabel dependen    : Kecerdasan

Variabel independen : Pria dan Wanita

  1. Penyajian Data

    Misalkan hipotesis kita adalah ada perbedaan antara kecerdasan pria dan wanita. Grup 1 adalah pria dan grup 2 adalah wanita. Letakkan dengan menyusun ke bawah.

  2. Cara Analisis

    Tekan Menu Analyze Æ Compare means Æ t-test independent samples. Masukkan variabel yang hendak dianalsisis. Pada kolom Test Variabel(s), masukkan kecerdasan. Pada Grouping Variables masukkan gender.

  3. Membaca Angka t-tes Independen Sample

    Langka 1 :


    Baca dulu Levene's test untuk uji homogenitas (perbedaan varians). Disana tampak bahwa F=2.662 (p=0,120) karena p diatas 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan varians pada data kecerdasan pria dan wanita (data equal/homogen
    )

    Langkah 2 :

    Jika data anda homogen, maka baca lajur kiri (equal variance assumed) , jika data tidak homogen, baca lajur kanan (equal variance not assumed). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa data anda homogen (sig > 0.05). So…lihat baris equal variance assumed


 

Langkah 3 :

Terlihat bahwa nilai t hitung= -0,085 (sig <0,05), artinya tidak ada perbedaan kecerdasan antara pria dan wanita

  • Uji-t berpasangan (paired t-test)

    Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa control yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal pada penelitian mengenai efektivitas suatu obat tertentu, perlakuan pertama, peneliti menerapkan kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua, barulah objek penelitian dikenai suatu tindakan tertentu, misal pemberian obat. Dengan demikian, performance obat dapat diketahui dengan cara membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah diberikan obat.

    Cara uji t berpasanngan, yaitu:

Misalnya:

Ha : Ada perbedaan kemandirian subjek sebelum mendapatkan konseling dan sesudah mendapatkan konseling (2 ekor) Æ A B. atau

Ha : Ada kemandirian sesudah mendapatkan konseling lebih tinggi dibanding sebelum mendapatlan konseling (1 ekor) Æ A > B

Variabel Dependen    : Kemandirian

Variabel Independen : Konseling

  1. Penyajian Data

    Meski namanya sama-sama uji-t tapi tampilan data berbeda. Hal ini dikarenakan SPSS tidak mengijinkan satu orang subjek berada pada baris berbeda. Jadi meski diukur 2 kali yaitu sebelum konseling dan sesudah konseling. Data tersebut terlihat bahwa satu subjek kemandiriannya diukur dua kali.

  2. Cara Analisis

    Tekan Menu Analyze Æ Compare means Æ paired samples t-test. Masukkan variabel yang hendak dianalsisis. Pada kolom Test Variabel(s), masukkan kecerdasan. Pada Grouping Variables masukkan gender.


     


     


     

  • Syarat menggunakan uji-t :

    Berikut ini syarat menggunakan uji-t :

    • Karena uji-t termasuk kedalam golongan statistik parametrik, maka data penelitiannya harus terdistribusi normal.
    • Data berskala interval atau rasio.
    • Homogenitas varians
    • Informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui.

d. Langkah-langkah/ urutan menguji hipotesa dengan distribusi t

1. Merumuskan hipotesis

Ho : βi = 0, artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikatHa : βi ≠ 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

2. Menentukan taraf nyata/ level of significance = α

Taraf nyata / derajad keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, 5%, 10%, dengan:
df = n – k

Dimana:
df = degree of freedom/ derajad kebebasan

n = Jumlah sampel

k = banyaknya koefisien regresi + konstanta


  1. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa nol diterima atau tidak.

    Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria sebagai berikut.
    Ho diterima apabila –t (α / 2; n – k) ≤ t hitung ≤ t (α / 2; n – k), artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
    Ho ditolak apabila t hitung > t (α / 2; n– k) atau –t hitung < -t (α / 2; n – k), artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

  1. Menentukan uji statistik (Rule of the test)

    Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga parameter data sampel yang diambil secara random dari sebuah populasi.

5. Mengambil keputusan

Keputusan bisa menolak Ho atau menolak Ho menerima Ha.Nilai t tabel yang diperoleh dibandingkan nilai t hitung, bila t hitung lebihbesar dari t tabel, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independent berpengaruh pada variabel dependentApabila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III


 

ANALISIS DATA


 


 

A. DESKRIPSI DATA


 


 

Populasi dalam penelitian ini adalah 1.135 siswa SMP Negeri 1 Panca Rijang tahun ajaran 2010/2011. Sedangkan sampel dari penelitian ini ada 100 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Panca Rijang tahun ajaran 2010/2008. Penelitian ini melibatkan dua variabel yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa dan satu variabel bebas yaitu bimbingan belajar siswa.

  1. Bimbingan Belajar Siswa

Data skor bimbingan belajar siswa diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa, dari angket diperoleh data skor terendah 37 dan tertinggi 71. Distribusi frekuensi skor bimbingan belajar siswa disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Bimbingan Belajar Siswa


 

Dari tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dihitung dan diperoleh rata-rata sebesar 54.61, median sebesar 54.98, modus sebesar 54.00, dan simpangan baku sebesar 6.19. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval nomer 4 dengan rentang skor 51.5-56.5 yaitu sebanyak 33 siswa atau 33%.

Di bawah ini tabel kuadrat penyimpangan data dari rerata ( tabel untuk mendapatkan variansi:


 

Tabel 3.2. Kuadrat penyimpangan data atau variansi dari rerata hasil bimbingan belajar siswa


 

interval

Fi

Xi

x2i

fi.xi

fi. x2i

36,5-41,5

2

39

1521

74

3042

41,5-46,5

11

44

1936

484

21.296

46,5-51,5

14

49

2401

686

33.614

51,5-56,5

33

54

2916

1782

96.228

56,5-61,5

30

59

3481

1770

104.430

61,5-66,5

8

64

4096

512

32.768

66,5-71,5

2

69

4761

138

9522

jumlah

100

  

5450

300.900


 

Dengan menggunakan rumus , = dengan n= 100, maka; 1 = =

             = 54,5

Dengan menggunakan rumus s2 =
dengan n= 100 maka;

s12 =
=

                         =
= 39,14

                         s1 = = 6,26

  1. Prestasi Belajar

    Data skor prestasi belajar siswa diperoleh dari tes prestasi atau ulangan yang diberikan kepada siswa, dari tes prestasi diperoleh data skor terendah 25 dan tertinggi 67. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar siswa disajikan pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Siswa


     

    Dari tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dihitung dan diperoleh rata-rata sebesar 51.96, median sebesar 52.10, modus sebesar 49.00 dan simpangan baku sebesar 7.57. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval nomer 4 dengan rentang skor 45.5-52.5 yaitu sebanyak 35 siswa atau 35%.

    Di bawah ini tabel kuadrat penyimpangan data dari rerata ( tabel untuk mendapatkan variansi:


     

    Tabel 3.4. Kuadrat penyimpangan data atau variansi dari rerata hasil prestasi belajar siswa


     

interval

Fi

xi

x2i

fi.xi

fi. x2i

36,5-41,5

1

28

784

28

784

41,5-46,5

3

35

1225

105

3.675

46,5-51,5

13

42

1764

546

22.932

51,5-56,5

35

49

2401

1715

84.035

56,5-61,5

32

56

3136

1792

100.352

61,5-66,5

15

63

3969

945

59.535

66,5-71,5

1

70

4900

70

4900

jumlah

100

  

5201

276.213


 

Dengan menggunakan rumus , = dengan n= 100, maka; 2
=
=

                 = 52,01


 

    Dengan menggunakan rumus s2 =
dengan n= 100 maka;

s22 =
=

                         =
= 57,67

s2 = = 7,59

  1. UJI HIPOTESIS

    Selanjutnya, peneliti akan melakukan pengujian hipotesis pada data tersebut. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah siswa
    berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata kelas eksperimen dan kelas control menggunakan uji-t dua pihak.

    Langkah-langkah pengujian hipótesis statistik adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Formula Hipotesis

2. Memilih uji statistik yang sesuai dengan asumsi sebaran populasi dan skala pengukuran data. Dalam data ini, peneliti menggunakan uji-t dengan rumus:


 

            t =

    Keterangan:

                rata-rata kelas eksperimen

        rata-rata kelas kontrol

        S = simpangan baku gabungan

        n1 = banyaknya data kelas eksperimen

        n2 = banyaknya data kelas control


 


 

Dengan rumus S2 nya yaitu:

S2 =

Keterangan :

n1 = banyaknya data kelas eksperimen

n2 = banyaknya data kelas control

S1 = simpangan baku kelas eksperimen

S2 = simpangan baku kelas control

3. Menetapkan taraf kesignifikanan α. Dengan α = 5% atau 0,05.

4. Menghitung statistik uji berdasarkan data.

5. Menentukan nilai kritis atau daerah kritis pengujian.

6. Kesimpulan.

Dengan mengikuti langkah-langkah pengujian hipotesis yang ada di atas, maka dari itu di bawah ini peneliti akan merumuskan hipotesis statistik dari data yang ada diatas sebagai berikut:

            t =

Dimana,

  • Simpangan baku gabungan:

    S2 =

    S2 =


     


    =     


     

         =

             =

             S2 = 50,97

            S =

    = 7, 14


     

Uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi. Dalam penelitian ini diajukan hipotesis yaitu:

: tidak ada pengaruh antara bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa

: ada pengaruh antara bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, masing-masing sebagai berikut :

  1. Hipotesis

    Ho : b = 0         bahwa variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

    H0 : b ≠ 0         bahwa variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen


     

  1. Menentukan uju hipotesis yang digunakan

    Pada kondisi seperti ini uji hipotesis yang digunakan yaitu uji-t, dengan rumus; : thitung =


     

    1. Menentukan nilai kritis

    Dimana α = 0,05 tingkat kepercayaan 95% dan degree of freedom sebesar n – 1 – k, sehingga daerah kritis ditentukan sebagai sebagai berikut:

    t tabel = t (1 - α ; n1 + n2 - 2)

= t (1 - 0,05 ; 100 +100 –2)

= t (0,95; 188)

Maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,65

4. Menentukan nilai t test

Berdasarkan penggunaan taraf signifikan 5 % dengan dv = 188, maka didapat t tabel sebesar ± 1,65 sedangkan dari hasil olah data komputer didapat t hitung sebesar :

Dik         : 54,5             52,01

                 n1 = 10             n2 = 100

                     S1 = 6,26            S2 = 7,59

             S = 7,14             α = 5 % atau 0,05

V = n + n2 -2 = 10 0+ 100 - 2 = 188

Dit         : t-hitung

Penyelesaian    :

  • Simpangan baku gabungan:

    S2 =

    S2 =


     


    =     


     

         =

             =

             S2 = 50,97

            S =

    = 7, 14


     

    Nilai thitung : thitung =

                =


=

     =


=
= 2,47

5. Kriteria Pengujian

H0 diterima apabila : -t (0.95;188) £ t hitung £ t (0.95;188) atau tingkat probabilitas > 5%

H0 ditolak apabila : t hitung < -t (0.95;188) atau t hitung > t (0.95;188) tingkat probabilitas < 5%


 


 


 


 


 


 


 


 

6. Kesimpulan

Karena t hitung (2,47) > t tabel (1,65) maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar.

Dengan analisis korelasi parsial dan uji t diperoleh harga sebesar 2,47. Sedangkan pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 1,65. Ternyata > sehingga ditolak dan diterima atau pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar, artinya bahwa dengan adanya pembelajaran tambahan dengan dibimbing oleh pengajar diluar sekolah maka akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar